Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak
wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi
penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan
paling penting penganut Buddha yaitu Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia
yang pernah dibuat di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan
budaya utama di Indonesia selain Bali dan Jakarta. Setelah
mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di
sekitarnya seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata
menarik.
Candi Borobudur
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460
relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk
mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara
arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang
memikat hati.
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi
Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan
dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga
yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini
dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an
Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri
dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini
menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di
Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih
tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen
tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab
Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di
kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat
meditasi penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata
"bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi)
dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur,
maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut
Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup
tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan
dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini
mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad
ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di
desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap
sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang
insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu
berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan
menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut.
Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka
Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa
gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang
yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia.
Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini
terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
Arsitektur Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari
Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6
tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar
dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat
beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di
setiap stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan
filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui
untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini
dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur
Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang
menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang
memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa
menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung
berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran
sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira
sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di
sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan
disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa
menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai
ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi
Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah
putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara
membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur.
Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap
timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.
Perayaan Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada
tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi
Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat
ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan
menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci
Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan
berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi
Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama,
penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu,
Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural.
Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara
kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.